Tulisan ini
ku tujukan untuk para “ pengagum” Soe Hok-gie, terutama yang tidak
pernah sempat bertemu dengan” Soe” semasa hidupnya.
“Soe”adalah nama panggilan yang ia pakai menyebut dirinya sendiri pada teman2 dekat, dan panggilan kami menyapanya; Adapun nama “Gie”, adalah nama rumah yang dipakai intern didalam lingkungan keluarga batihnya saja , sebab “Soe” adalah Seh’ nama keluarga Tionghoa- “Family Name”
Pennggambaran
John Maxwell dalam :” Soe Hok-gie, a biography of a young Indonesian
Intelectual”, cukup jelas dan informatif, walaupun ia tidak pernah
bertemu Soe Hok-gie secara pribadi sebelumnnya, tetapi dia telah
mengadakan penelitian dan penulisan Biografi berdasarkan Riset yang
teliti dan mendalam tentang Soe Hok-gie, latar belakang keluarga,
teman2 dekat, aktivitas, perjuangan, tulisan2 dan pemikiran2nya dll
selama lebih dari 23 thn, sejak 1970
Penampilan fisik, bahasa tubuh serta suara Soe, bisa dilihat dan didengar jelas dalam Film Dokumenter “A House in the Jungle” yang dibuat Australian Broadcasting Comission, dengan Sutradara John Powers,
1969 ,(ketika itu Soe kebetulan terpilih mewakili Generasi
Intelektual Muda Indonesia,untuk direkam seluruh kegiatannya dalam
sehari penuh). Film ini telah beredar di luar Indonesia seperti
Australia, Eropah sampai ke Amerika Serikat, akan tetapi dilarang
beredar di Indonesia ketika itu, sebab dalam wawancaranya antara lain
Soe Hok-gie berani secara blak-blakan menyebut “The Indonesian Military
Regime” ketika Pak Harto masih berkuasa penuh.
Dalam
Film ini kita bisa melihat Soe Hok-gie dalam keadaan hidupnya
sehari-hari,yang mana dipakai Nicholas Saputra sebagai acungan untuk
dipelajari dan ditiru bahasa tubuh, ber bicara dan suara , cara2
berjalan, dan kebiasaan Soe lainnya, sehingga sebagai aktor Nico
sanggup memerankannya secara baik, malahan untuk mengerti dan menjiwai
tokoh SH-gie, Nico tidak segan-segan meluangkan banyak waktunya membaca
buku2 bacaan yang pernah dibaca SH-gie.
Sekalipun
SH-gie adalah teman karib, sehingga hubungan kami sangat dekat dan
pribadi,tetapi banyak hal tentang dirinya baru ku ketahui jelas setelah
membaca buku hasil penelitian John Maxwell diatas.
Pertama
kali aku mengenal Soe, adalah ketika dia masuk Fakulta Sastra
Universitas Indonesia di Rawamangun ahir 1962 sebagai Mahasiswa Baru
di jurusan Sejarah, ketika itu ia dekat dengan Zainal Zakse dan Richard
Leirissa- keduanya adalah se angkatanku dari Jurusan Sejarah.
Tidak
ada yang istimewa tentang dirinya ketika ku mengenalnya pertama kali,
sama halnya seperti mengenal banyak mahasiswa2 baru yang lain.
Setahun
kemudian aku mulai terarik bahkan perlahan-lahan menjadi akrab dengan
dia karena banyak nilai2 dan pandangan hidup kami yang cocok atau sama,
apalagi setelah mengetahui bahwa dia juga dekat dengan sahabat karibku
di SMA Negeri-I, Budi Utomo, Boellie Londa; mereka sama2 pengagum
Sutan Syahrier dan simpatisan Gerakan Mahasiswa Sosialis (GMSOS).
Memang
Boellie dan aku tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia
(GMKI). Boellie sangat aktif berorganisasi, sedangkan aku ikut2an saja,
sekedar sebagai Orang Manado dan beragama Kristen- untuk mengenal
pergaulan ke mahasiswaan.
Pada
waktu itu hampir setiap mahasiswa, tergabung dalam salah satu Kegiatan
Mahasiswa Extra Universiter, seperti : Himpunan Mahasiswa Islam (HMI),
PMII, Persatuan Mahasiswa Katholik Roma Indonesia(PMKRI) berlatar
belakang/”onderbouw” Partai2 Politik berdasarkan Agama; Adapun Corps
Gerakan Mahasiswa Komunis Indonesia (CGMI), PERHIMI, dan GERMINDO,
adalah yang berlatar belakang Komunisme. Selain itu ada Ikatan
Mahasiswa Djakarta (IMADA ), Gerakan Mahasiswa Djakarta (GMD), yang
berlatar belakang residensial, lokasi, domisili, kota, dll
Dalam
kegiatan Mahasiswa Intra Universiter, yaitu di Senat Mahasiswa, Dies
Natalies Fakultas, maupun Masa Prabhakti Mahasiswa (MAPRAM) di Fakultas
Sastra UI, yang jumlah mahasiswanya sedikit dan mayoritas wanita
(dibandingkan dengan Fakultas2 besar, seperti Fakultas Hukum & IPK,
Ekonomi, Kedokteran di Salemba) menyebabkan pergaulan kami akrab penuh
persahabatan dan kompak seperti sebuah keluarga besar.
Saat
aku terpilih sebagai Ketua Umum Senat Mahasiswa Fakultas Sastra UI,
pada bulan Desember 1964, Soe semakin dekat dengan ku dan menjadi
Penasehat/Advisor pribadi dengan Jabatan resmi sebagai Pembantu Staf
Ketua Senat Mahasiswa dalam struktur Personalia Senat Mahasiswa.
Terlampir
adalah copy asli Pidato Pelantikan sebagai Ketua Umum Senat Mhs FSUI
dan Susunan Personalia Senat Mahasiswa yang ku pimpin pada 23 Desember
1964.(secara resmi disahkan Dekan Fakultas Sastra- Universitas
Indonesia. tanggal 12 Januari 1965)
Kalau
diperhatikan Personalia Senat Mahasiswa waktu itu terdiri dari lebih
100 mahasiswa dari segala Jurusan di Fakultas Sastra UI, dari yang
independent sampai yang berlatar belakang Ormas Extra-Universiter (
CGMI,Perhimi dan Germindo; ataupun GMNI ,GMSOS , HMI,PMKRI, GMKI,
IMADA,GMD, dll)
Ketika
itu Partai Komunis Indonesia (dengan Gerwani, Pemuda Rakyat, SOKSI,
CGMI) sedang di”beri hati” oleh Sukarno dengan konsep NASAKOM-nya ,
merasa kuat dan mulai “unjuk gigi” di Senat Mahasiswa FSUI melalui
CGMI; mereka menuntut agar Senat mendepak HMI (yang dituduhny antek
Masyumi) dan GMSOS antek PSI, keluar dari Senat Mahasiswa, sebab
dianggap kontra Revolusioner.
Dalam
hal ini Senat Mahasiswa FSUI, bertindak tegas membela hak azasi
mahasiswanya: silahkan ber Ormas apa saja diluar adalah haknya masing2
individu, tetapi di dalam Senat Mahasiswa kita se Alma Mater dan
Kegiatan Extra Universiter jangan mengganggu ketentraman dan
kerukunan kegiatan Intra Universiter.(yang berazaskan ” Buku, Pesta dan
Cinta”, yaitu kita di kampus untuk Study, Enjoy masa muda dan hubungan
akrab kompak saling mengasihi/cinta”)
Dalam
kenyataan Senat Mahasiswa kami dapat berjalan dengan kompak, sebab
Penggeraknya adalah Orang2 pekerja yang aktif dan berinisiatif, rajin,
loyal , berani dan jujur, tersebar dalam Posisi2 kunci yang penting,
sehinga tidak bisa di”boikot” bila ada yang bermaksud mengacaukan.
Apalagi
kami sudah terlatih kompak sebagai Team kerja dalam kegiatan2 di
Seksi Penggemar Alam, (yang adalah cikal bakal MAPALA-UI).
29
Sept 1965-1 Okt. 1965 Team MAPALA dalam Pendakian ke Gn Merapi,:
berdiri kiri kekanan: Deddy Satrio ( M-017),Sudrajat (kawan SH-gie),
Asminur S.Udin (M-002); Herman Lantang (Ketua Senat Mhs FSUI) duduk
dari kiri kekanan. Liem Beng-tie (keponakan Jakob Utama/jurusan
Jerman), Judy S.Hidayat M-008), Rahayu Surtiati (M-004), Pitut Endang
Puspita (M-005); Alm Cecep Darmatin Suryadi (M-015);Alm Soe Hok-gie
(M-007); Roy Gandasutedja (M-011) dan almarhumah Mayang Sari (M-006)
Peristiwa
Pembrontakan G-30 S terjadi ketika kami sedang mendaki gunung Merapi-
dalam Rombongan MAPALA kami kebetulan terdapat dua “ anak Jendral”,
yi. Endang Sutjipto (anak Jendral Sutjipto SH dari Angkatan Darat) dan
Yayu Surtiati (anak jendral Polisi), menjelang 1 Oktober 1965, kami
terpaksa nginap di St.Gambir sebab di Jakarta sedang berlaku jam malam.
Kegiatan
Senat Mahasiswa jalan terus, diahir thn 1965, sedang anggota2 Ormas
Komunis dan oposisi mulai menghilang satu persatu- jadi kepengurusan
Senat Mahasiswa periode 1965-1966, dilanjudkan dengan terutama kerja
sama teman2 dari Golongan Alma Mater .
Pada
9 Januari 1966, sebelum resmi adanya Aksi2 Mahasiswa di Salemba 4,
Soe mengusulkan , agar Senat Mahasiswa FSUI mengadakan Aksi Mogok,
tidak menggunakan Kendaraan Umum, tetapi berjalan kaki dari Salemba ke
Rawamangun, sebagai Protes akan Kenaikan Harga Bensin dan Bahan Makanan
Pokok. (Selanjutnya . . . baca Catatan Harian Seorang Demonstran)
Dalam
kegiatan Aksi Mahasiswa biasanya aku mengkordinir dan memimpin Masa
Mahasiswa Fakultas Satra di “lapangan”, sedangkan Soe Hok-gie bergerak
dibelakang layar sebagai pemikir dan “otak” yang mengatur strategi
pelaksanaan Aksi (dibantu Boellie Londa dan Jopie Lasut). Dia juga
berbakat sebagai ‘Pengompor’masa dengan pidato atau tulisan2nya di
Koran, yang tegas, jujur, berani, blak-blakan dan ber api-api. Biasanya
kalau “masa” sudah terkumpul, maka Soe kupersilahkan angkat bicara,
dan disinilah “kharisma Soe akan muncul “ ketika dia mulai bicara
ataupun ber-’agitasi’ dengan berani dan meyakinkan membuat orang
terpukau kagum mendengarkannya..
“Masa”
mahasiswa kami adalah gabungan dua Fakultas terkecil di UI waktu itu yi
Fakultas Sastra dan Fakultas Psychologi , merupakan kelompok militan
yang bergerak secara cepat dan efesien .
Biasanya
kami bergerak “mobile” dengan bersepeda, kadang2 di kawal teman2 Jopie
Lasut (-ex-Permesta , sebagian mahasiswa i Asmi). Kami melakukan
kegiatan2 Aksi yang unik berupa kejutan tersendiri dengan kompak cepat
dan tepat ke tempat2 tertentu diluar jalur sasaran kegiatan Masa
mahasiswa KAMI Jaya/ Pusat,yi al ke Kantor berita RRT, Sin Hua”,
Mahkamah Agung, Pertamina dll
Pada
umumnya Kegiatan kami segera disusul dengan publikasi Media Masa yi
laporan/reportase di koran2 ibu kota seperti Sinar Harapan, Kompas dan
Indonesia Raya, Harian KAMI,(juga dalam Mingguan Mahasiswa, edisi
JABAR) dengan jalur a.l SoeHok-gie, Tides Katoppo dan Jopie Lasut.
Thn
1966, Kegiatan di Alam , membuat kami tambah kompak dan Solid.
Rombongan Mapala di Kandang Badak, pada pendakian ke Panggrango sebagai
Selingan segar , dari Kegiatan Aksi Mahasiswa yang tegang dan
melelahkan.
Herman Lantang, Soe Hok Gie dan Tides Katoppo sekeluarga di Gunung Salak, 1967
Pada
periode Senat Mahasiswa FSUI yang ke-dua 1965-1966, sebagian Oknum
Ormas2 Extra Universiter yang merasa dirinya sebagai pahlawan membentuk
komisariat KAMI di FSUI, disini mereka mendadak mulai vocal seperti
yang terjadi di KAMI pusat.
Pada
mulanya Salemba 6, dikenal sebagai Pusat kegiatan KAMI/DMUI Kesatuan
Aksi Mahasiswa Indonesia yang berangkulan dengan Dewan Mahasiswa
Universitas Indonesia, dimana jacket kuning sangat menonjol, lama2 mulai
dicampur dengan seragam Universtas2 lain, kemudian beralih ke” baju
loreng KAMI”, apalagi ketika dibagi dalam rayon masing2, seperti Rayon
Yani, Haryono, dst.
"Nostalgia Aksi Mahasiswa 1966”: berpose dengan Jacket UI pada Demo Mahasiswa, di jln Rasuna Said-Kuningan. September 2011.
Setelah 11
Maret 1966, perlahan2 golongan Alma Mater”Jacket kuning”
berangsur-angsur balik ke kampus, untuk melanjudkan studi sedangkan
sebagian tinggal , malahan kemudian ada yang mulai berkolaborasi dan
menggabungkan diri dengan penguasa (Pemerintah) sehingga luntur atau
terkontaminasi idealismenya semula.
Ahir
thn 1966, Senat Mahasiswa golongan Alma Mater FSUI dijatuhkan oleh
Koalisi Ormas Extra universiter. Dalam Periode ini Senat Mhsw FSUI
1966-1967, Ketua Senatnya dari PMKRI, Wakilnya dari PMII dan GMKI dan
Sekjennya dari HMI, kerjanya “rapat melulu” sehingga banyak Seksi tidak
jalan atau bubar samasekali.
Periode
berikutnya balik lagi kegolongan Alma mater, dimana Soe Hok-gie
terpilih sebagai Ketua Umum Senat Mahasiswa, dengan Staf yang sedikit
tetapi “efesien”dan berfungsi (lihat lampiran: Pengurus Senat Mhs
periode 1967-1968 dan Surat Bebas G-30 S untuk Herman Lantang untuk
persiapan berangkat ke Papua.)
Senat Mhs periode 1967/1968 dan Surat Bebas G 30-S, (ditanda tangani Soe Hok-gie)
Saat
itu (ahir 1967 s/d awal 1969) aku melakukan tugas Riset untuk
melengkapi persyaratan menjadi S-1, ke Tanah Papua,dan persahabatan kami
hanya bisa dilanjudkan melalui Surat menyurat saja.
(Lihat
kumpulan sebagian Surat2 Soe Hok-gie kepada ku yang sudah
diterbitkan-dalam: Mengenang Seorang Demonstran: Memperingati 30 thn Soe
Hok-gie.-Alumni FSUI/MAPALA-UI. Jakarta 1999)
Walaupun
persahabatan ku dengan Soe Hok-gie hanya berlangsung kurang dari 6
tahun, yaitu sampai ahir hayatnya , tetapi kami telah saling membina
“nilai2 dasar hidup kami” yaitu Takut akan Tuhan dan mencintai Tuhan
serta ciptaanNya. . . mencintai Bangsa dan Tanah Air Indonesia;
Nilai2 Dasar Hidup yang menyangkut iman, moral dan patriotisme,
meliputi nilai2 kepintaran, ketekunan, keberanian, kemurnian,
kejujuran, ketulusan, keterbukaan (antara sesama sahabat) ,
kesederhanaan dan rendah hati, loyalitas , kesetiaan, cinta dan
keindahan.
Adapun
Nilai2 Dasar dalam kehidupan ini sangat mempengaruhi Gaya Hiduku “My
way of Life “(dan banyak Orang lain)-; melalui Tulisan, Pemikiran dan
Teladan yang diberikan Soe Hok-gie semasa hidupnya, yang juga memberi
dampak yang sangat dalam bagi “Para Pengagum Soe Hok-gie”sampai
sekarang walau saat ini ia telah pergi meninggalkan kita lebih dari 43
tahun yang lalu.